Apa Penyebab Produksi Telur Ayam Turun Drastis ?
Yang sekarang sedang ‘nge-trend’, penyakit utama penyebab turunnya produksi telur ayam layer, “Adalah AI dan ND,” ungkap peternak ayam petelur di daerah elit segitiga emas Pondok Indah-Bintaro-Bumi Serpong Damai Tangerang dan Jakarta Ricky Bangsaratoe. Terhadap AI (Avian Influenza) dan ND (New Castle Disease) ini, peternak sudah sangat familiar.
Sementara
itu Drh Ratriastuti Koordinator Produksi dan Laboratorium Unit Barat
(Jawa Barat, Banten, Lampung dan Sumatra Barat) PT Primatama
Karyapersada (PKP) Layer mengungkap kasus pada banyak peternakan yang
dijumpai adalah ND, IB (Infectious Bronchitis), juga Coryza. “Kemungkinan AI juga ada tapi belum dikonfirmasi laboratorium,” katanya seraya ada juga yang dicurigai ke AE (Avian Enchephalomyelitis).
Semua
kasus itu menurut Drh Ratri menyebabkan penurunan produksi telur,
bahkan ada yang sampai 20-30 persen. Manifestasi yang dijumpai
bermacam-macam, seperti ada yang kerabang telurnya lembek, tidak bulat
telur, pucat, pipih, mudah pecah, albumin bagian luar dan dalam sangat
encer dan lain-lain. Dari semua kasus yang dijumpai ia mengaku angka
kematian sudah jarang ada. Namun, “Penurunan produksi telur itu pasti,”
katanya.
Ratriastuti menambahkan terhadap
penyakit yang menyebabkan turunnya produksi telur itu diagnosa sering
dikacaukan oleh begitu banyak persamaan manifestasi antara satu penyakit
dengan penyakit lain. Pemeriksaan laboratorium, termasuk dengan titer
antibodi, di sini pun mengambil peran dalam pemastian diagnosa.
Ditambahkan
oleh Senior Manager Animal Health Kemitraan Jawa Timur PT Sierad
Produce Drh Andy Tristijanto, penyebab turunnya produksi telur layer
memang banyak. Penyakit-penyakit itu mulai dari penyakit viral (AI, IB,
ND, EDS), penyakit bakterial (CRD) bahkan bisa mikotoksin.
Kemudian
Direktur CV Bintang Mandiri Tasikmalaya Drh Teguh Budi Wibowo pun
mengungkap beberapa penyakit yang dapat menurunkan produksi telur
biasanya disebabkan oleh virus yaitu New Castle Disease, Avian
Influenza, Infectious Bronchitis, Egg Drop Syndrome, dan lain lain.
Katanya, “Faktor penyebab seperti ini dalam bahasa kedokteran hewan
biasa disebut causa prima-nya adalah virus.”
Adapun
sesungguhnya, hampir semua penyakit unggas khususnya ayam petelur, akan
berpengaruh pada produksi telur. “Tapi di sini ada perbedaan persentase
dan signifikansi yang besar,” kata seorang narasumber yang tidak mau
disebutkan namanya.
Senada dengan pendapat itu,
Drh Surya Al Qamar dari FKH Unsyiah Banda Aceh mengatakan, sebenarnya
hampir semua penyakit unggas menyebabkan penurunan produksi. Karena,
ujarnya, “Ayam menjadi stres dan keseimbangan fisiologisnya terganggu
termasuk keseimbangan dan pengaturan fungsi bertelur.”
Drh
Surya menegaskan, untuk ayam petelur diperhatikan 2 masalah utama yaitu
penyakit (infeksi atau non-infeksi) dan juga penurunan produksi karena
malnutrisi (termasuk kesalahan pengaturan asupan gizi).
Hal
yang sama juga diamini oleh Drh Heri Setiawan dari PT Wonokoyo Jaya
Corporindo Surabaya Jawa Timur. “Penyebab utama turunnya produksi telur
ayam petelur terbagi menjadi dua, yakni faktor infeksius (penyakit
menular: AI, ND, IB, EDS’76, Fowl Cholera, CRD, Ascariasis dan
lain-lain) dan faktor non infeksius (defisiensi vitamin, asam amino,
mineral, intoksikasi, Aflatoksikosis dan lain-lain),” paparnya.
Selain
itu, persentase dan signifikansi berbagai penyakit hendaknya dilihat
sesuai dengan kenyataan lapangan. Ternyata penyakit penyebab turunnya
produksi telur memang banyak. Meski, “Kalau dirunut dari nama penyakit
ya tentunya EDS (Egg Drops Syndrom). Namanya saja sudah jelas,”
kata narasumber lain yang tidak mau disebutkan namanya itu seraya
berharap hal ini jangan dilihat dari aspek perdagangan obat hewan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar